watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

PETUALANGAN DIPULAU

Pratiwi tersenyum puas. Dia berdiri di tepi kolam
yang cukup jernih. Setelah menikmati
pemandangan sekitar kolam tersebut, dia
meletakkan botol air mineral di tepi kolam dan
perlahan melepaskan pakaiannya. Dimulai dari
kaus ketatnya yang berwarna pink, lalu perlahan
diturunkannya celana pendeknya. Kini dia hanya
memakai bikininya yang berwarna putih. Dengan
hati-hati dilepaskan bikini bagian atas yang
langsung menampilkan buah dadanya yang
ranum dan tegak berukuran 34B. Puting susunya
yang berwarna pink bergoyang-goyang seirama
gerakan buah dadanya. Pratiwi kemudian
menunduk, buah dadanya terlihat menggantung.
Tertawa kecil, dilepaskan pula bikini bagian
bawahnya. Selangkangannya yang ditutupi
rambut-rambut halus terlihat bersih. Tubuh
telanjang gadis 21 tahun tersebut kini menikmati
semilir angin. Desir angin terasa membelai lembut
dada bulat sempurna, tanpa lupa membelai
pantat montoknya yang berisi. Setelah merapikan
pakaiannya di tepi kolam, Pratiwi menarik napas
panjang dan memasukkan kaki kirinya ke dalam
kolam. Dilanjutkan dengan kaki kanannya. Kini ia
duduk di tepi kolam. Diambilnya air dengan kedua
tangannya dan dipercikkan ke tubuhnya. Butiran
air terlihat menuruni lehernya terus ke dadanya
yang ranum dan berlanjut menuju perutnya dan
berhenti di rambut-rambut halus
selangkangannya. Setelah memercikkan air
beberapa saat, Pratiwi pun turun ke dalam kolam.
Kolam tersebut ternyata tidak dalam, hanya
sebatas puting susunya saja. Lalu ia menggosok
tubuhnya dengan air kolam yang jernih. Buah
dadanya yang tertekan lengan saat membilas
terlihat semakin montok. Tanpa ia sadari
sepasang mata memperhatikan kejadian tersebut.
Orang misterius itu pun menelan ludah melihat
tubuh sempurna yang putih mulus tersebut. Tak
heran, karena Pratiwi sehari-hari memang
berprofesi sebagai model. Demikian asyiknya
Pratiwi membilas tubuhnya dengan air segar
tersebut, dirinya tidak menyadari bahwa orang
misterius itu menukar botol air mineralnya
dengan botol lain yang sama.
Pratiwi terus menggosok tubuhnya. Sesekali dia
menyelam. Akhirnya dia menuju ke bagian yang
agak dangkal di kolam itu. Dia duduk di atas batu
di dalam kolam tersebut, menikmati kesegaran air
kolam tersebut di sekujur tubuhnya. Buah
dadanya yang montok tersembul ke luar
permukaan kolam. Pikirannya teringat kejadian
beberapa hari sebelumnya. 2 orang teman
kampusnya mengajaknya menginap di cottage di
sebuah pulau. Pulau tersebut memang tidak
berpenghuni. Hanya turis yang sesekali datang ke
sana untuk snorkeling. Begitu pula Pratiwi dan
teman-temannya yang datang ke sana untuk hal
yang sama.
Sesampainya di dekat pulau, melihat laut yang
begitu jernih, Pratiwi dan Dini, temannya,
langsung membuka pakaian mereka,
menampilkan tubuh indah mereka yang terbalut
bikini, memasang mask dan fin dan langsung
melompat ke laut. Tinggal Ray, teman pria
mereka, dan tukang perahu yang terkejut melihat
pemandangan indah tersebut. Puas menikmati
keindahan bawah laut, kedua gadis itu pun naik
kembali ke perahu dan mengenakan kembali
pakaian mereka. Perjalanan ke pulau dilanjutkan
kembali. Dari tukang perahu, mereka mengetahui
bahwa pulau tersebut cukup luas dan memiliki
hutan di tengah-tengahnya. Setelah menaruh
semua barang-barang dan perbekalan di cottage,
Pratiwi sengaja memisahkan diri dari teman-
temannya dan berjalan ke dalam hutan di pulau
tersebut hingga sampailah dia di kolam tersebut.
Rasa lengket akibat berenang di laut memaksa
Pratiwi membilas tubuhnya di kolam tersebut.
Dengan badan yang tidak lengket lagi, Pratiwi naik
ke tepi kolam dan duduk di sana sambil
menunggu tubuhnya kering. Tubuh telanjang
yang indah tersebut kembali menjadi santapan
mata orang misterius tersebut. Dengan mata tak
berkedip, dinikmatinya buah dada Pratiwi yang
bulat ranum tersebut, turun ke perutnya yang
rata, paha Pratiwi yang mulus pun tak luput dari
sasaran mata orang misterius tersebut. Pratiwi
menikmati semilir angin mengeringkan tubuhnya,
sambil meminum air mineral dari botolnya. Tak
lama kemudian Pratiwi merasakan hal yang aneh
ditubuhnya. Seluruh tubuhnya terasa lemas.
Pandangannya terasa berat. Tak lama kemudian
tubuhnya tergeletak lunglai tak bertenaga. Dia
masih merasakan tubuh telanjangnya dibopong
dan diletakkan di bahu seorang pria. Pratiwi
berusaha memberontak, tapi tenaganya seakan
hilang. Tangan nakal pria tersebut meraba-raba
pantatnya yang montok sambil membopongnya
ke dalam hutan. Setelah
itu Pratiwi tak sadarkan diri.
——————————————————–
Di cottage, Ray dan Dini masih membereskan
barang-barang dan perbekalan. Setelah selesai
membereskan barangnya, Ray pamit untuk
mandi.
“Dini, gue mandi dulu ya, badan gue lengket nih
kena angin laut.”
“Ya udah sana, gue juga masih belum beres nih
barang-barangnya. Biasa cewek barangnya
banyak,” sahut Dini.
Ray pun bergegas ke kamar mandi. Mungkin
karena pulau tersebut tidak berpenghuni, kamar
mandinya pun lumayan terbuka. Hanya terdiri
dari kayu yang mengelilingi kamar mandi,
dengan sebuah bak air dan WC. Atapnya terbuka
dan tidak memiliki pintu. Sambil mandi, pikiran
nakal terbersit di kepala Ray. “Wah, bisa gue pakai
buat ngintip cewek-cewek nanti mandi nih.” Ray
pun tersenyum nakal sambil meneruskan
mandinya.
Selesai mandi, Ray kembali ke cottage dan
menemukan hanya Dini di sana. Pratiwi belum
kembali. Lalu ditanyanya Dini. “Pratiwi ke mana
ya? Katanya tadi hanya jalan-jalan sebentar di
hutan, kenapa dia belum balik ya?”
“Jangan-jangan dia tersesat di hutan, Ray” kata
Dini dengan nada kuatir.
“Ya udah, gue cari Pratiwi, elo mandi aja dulu.
Nanti elo tunggu gue di sini.” Kata Ray bergegas
mengambil peralatan dan masuk ke dalam hutan.
Dini pun mengangguk dan mengambil pakaian
gantinya. Rasa lengket hasil berenang di laut tadi
rupanya mengganggu dirinya juga. Dengan
bergegas Dini menuju kamar mandi.
Sesampainya di kamar mandi, Dini pun
melepaskan kaosnya yang langsung
memperlihatkan dadanya yang berukuran 36B
yang ditutupi bikini coklat. Rok mininya pun
dilepas. Setelah menggantung kedua benda
tersebut, Dini menatap tubuhnya, dia selalu
mengagumi ukuran dadanya yang besar itu. Di
luar kamar mandi, sesosok tubuh misterius
mengendap-endap bersembunyi di balik pohon
yang berseberangan dengan pintu kamar mandi.
Sambil menerka arah angin, dinikmatinya
pemandangan indah di dalam kamar mandi
tersebut.
Dini perlahan membuka bikini atasnya,
menggantungnya, lalu memperhatikan lagi buah
dadanya yang kini tidak ditutupi apa-apa. Puting
pink kecoklatan menambah indah buah dada itu.
Dijepitnya kedua buah dadanya dengan
lengannya yang mengakibatkan semakin terlihat
montoknya buah dada tersebut. Kulit putihnya
menambah kemolekan gundukan ranum
tersebut. Kemudian dilepasnya bikini bawahnya
yang menampilkan selangkangan yang ditutupi
rambut yang cukup lebat. Dini perlahan
membasuh tubuhnya. Mulai dari leher, ke
dadanya, cukup lama tangannya bermain di sana.
Dilanjutkan ke perut dan selangkangannya, lalu ke
pahanya.
Sosok misterius tersebut mengendap-endap
mendekati kamar mandi dan membakar
segumpal dedaunan kering. Tidak ada api besar,
tidak ada asap, hanya bau aneh yang keluar dari
gumpalan daun tersebut yang terbakar menjadi
sekam. Sosok tersebut segera menjauh dari
kamar mandi tersebut. Kembali ke balik pohon
menikmati tubuh indah Dini yang sedang mandi.
Selangkangannya terasa meronta melihat tubuh
indah tersebut tidak ditutupi apa-apa. Terlebih saat
Dini membungkuk membasuh kakinya yang
memperlihatkan pantat indahnya dan belahan
kemaluannya dari belakang.
Dini yang sedang membasuh tubuhnya
mencium bau aneh tersebut. “Ah mungkin hanya
bau hutan saja,” pikirnya dan kembali membasuh
tubuhnya tanpa memperdulikan bau tersebut.
Tak lama kemudian, tubuhnya terasa lemas,
kepalanya terasa berat. Tubuh indah tersebut pun
jatuh perlahan di kamar mandi. Dini masih
berusaha bangun dan masih sempat melihat
sosok hitam menghampiri tubuhnya. Sosok
hitam tersebut tertawa, memaksanya meminum
suatu cairan, lalu membopong tubuh Dini yang
telanjang di bahunya dan membawanya masuk
ke dalam hutan.
——————————————————–
Perlahan, Pratiwi membuka matanya, tubuhnya
masih tidak bertenaga. Dicobanya untuk
berbicara, tetapi hanya suara uh uh saja yang
keluar dari mulutnya. Dengan makin jernihnya
pikirannya, Pratiwi coba mengingat-ingat kejadian
sebelum dia tidak sadarkan diri. Matanya melihat
disekeliling langit-langit, ah rupanya dia ada di
sebuah rumah gubuk. Disadarinya dirinya
berbaring di sebuah dipan kayu. Dilihatnya
tubuhnya, astaga, ternyata dia telanjang. Tak ada
sehelai benang pun menutupi tubuhnya.
Pikirannya teringat bahwa dia pingsan sebelum
dia berpakaian kembali. Siapa pria misterius itu?
Pikirannya terus melayang. Dilihatnya ke sebelah
kiri. Dini! Dilihatnya Dini tergeletak di samping
tubuhnya. Ya, Dini. Tubuh Dini telanjang juga,
terlentang dan buah dadanya terekspos dengan
jelas. Dini kelihatannya belum sadar.
Pratiwi menutup matanya erat-erat. Ini tidak
mungkin terjadi, aku hanya mimpi. Tapi saat
membuka matanya, pemandangan sama yang
dihadapinya. Pratiwi pun menangis, menunggu
apa yang terjadi. Tak lama kemudian, dilihatnya
Dini mulai sadar. Dini yang melihat Pratiwi pun
sama kagetnya. Menyadari dirinya telanjang dan
tidak berdaya, Dini hanya bisa mengeluarkan
suara uh uh saja. Sama seperti Pratiwi. Mereka
hanya berpandangan.
——————————————————–
Ray yang berjalan di hutan, mencari-cari Pratiwi.
Dia berjalan ke sana ke mari. Tak lama dia pun
sudah merasa lelah, tenaganya sudah habis untuk
perjalanan ke pulau dan mencari Pratiwi. Dia pun
beristirahat di bawah pohon besar. Pikirannya
kalut. Ray menggosok-gosok kepalanya dan tiba-
tiba BUK! Bagian belakang kepalanya terasa sakit
sekali. Dan dia merasakan ada cairan keluar
menuruni lehernya. Darah, lalu semua gelap.
——————————————————–
Menjelang malam, gubuk tersebut semakin gelap.
Pratiwi dan Dini hanya saling berpandangan.
Tubuh mereka masih tanpa tenaga. Mata mereka
semakin terbiasa dengan kegelapan. Tak lama
terlihat cahaya dari luar. Cahaya tersebut
mendekati pintu gubuk tersebut. Mereka berteriak
minta tolong hanya dengan uh uh uh saja. Saat
pintu dibuka, mata mereka serasa dibutakan oleh
cahaya lampu petromak.
Setelah terbiasa dengan cahaya, mereka melihat
orang yang membawa lampu petromak tersebut.
Astaga, ternyata dia adalah bapak tua tukang
perahu yang mengantarkan mereka ke pulau
tersebut. Mereka pun berteriak meminta tolong
kepadanya. Lalu mereka menyadari bahwa tubuh
mereka telanjang. Pratiwi dan Dini pun segera
diam. Mereka merasa malu tubuh indah mereka
terekspos kepada tukang perahu tersebut.
“Sebentar ya, neng,” kata pak tua tersebut. Lalu ia
keluar dari gubuk tersebut. Tak lama dia kembali
membawa 2 buah petromak. Dia meletakkan satu
petromak di ujung atas dipan dan dua di masing-
masing ujung lain dipan.
Lalu pak tua mendekati mereka. “Maaf ya, neng-
neng. Bapak sudah tua, bapak tidak bisa menahan
hasrat bapak melihat neng-neng yang cantik ini.
Neng-neng mau kan bantu bapak?”
Kedua gadis itu berusaha menjerit, tapi hanya uh
uh saja yang keluar dari mulut mereka. Tubuh
mereka tidak bisa digerakkan sama sekali. Pak tua
pun mengambil tempat di antara kedua gadis itu.
Pak tua itu pun melihat tubuh Pratiwi, mengamati
dari rambut, turun ke matanya, bibirnya, leher.
Berhenti sebentar di buah dadanya, melihat bulat
dan ranumnya dada Pratiwi yang berukuran 34B
itu, pak tua menelan ludah, lalu pandangannya
dilanjutkan ke perut Pratiwi yang rata dan
berhenti lagi di selangkangan. Pak tua menggeser
paha Pratiwi sehingga tampaklah kemaluan
Pratiwi. Pratiwi merasa malu sekali tubuhnya
diperiksa oleh pak tua tersebut. Puas mengamati
kemaluan Pratiwi yang berwarna pink itu, pak tua
mengelus paha dalam Pratiwi dengan tangan
kirinya. “Halusnya, tubuh neng paling bagus.
Nanti bapak pasti bikin neng puas.”
Pandangan pak tua berganti ke Dini. Sambil masih
terus mengelus paha dalam Pratiwi, dia
mengamati Dini. Wajah cantik Dini diperhatikan
dengan benar-benar. Mata Dini yang indah dan
lehernya yang jenjang tidak lepas dari
pengamatannya. Dini merasa jijik dengan
pandangan pak tua tersebut. Pandangan pak tua
pun berlanjut ke dada Dini yang berukuran 36B.
Dengan penasaran diraihnya buah dada kanan
Dini dan dipijat-pijatnya dengan lembut. Sambil
terkadang dimainkan putingnya. Tangan kirinya
masih terus mengelus paha dalam Pratiwi.
Terkadang kemaluan Pratiwi pun tersentuh
tangannya.
“Wah neng susunya besar sekali ya,” kata pak
tua. Puas bermain dengan buah dada Dini, pak
tua kembali memperhatikan tubuh Dini, perut,
selangkangan. Pak tua menghentikan elusannya
di paha Pratiwi dan menggeser paha Dini agar dia
lebih leluasa melihat kemaluan Dini. Pak tua pun
mendekatkan wajahnya ke kemaluan Dini dan
menghirup baunya. “Wah wangi sekali neng,”
kata pak tua seraya sambil tersenyum. Rupanya
pak tua menggeser paha Dini cukup jauh
sehingga vaginanya merekah dan menunjukkan
isinya yang berwarna merah muda.
Pak tua mengelus paha dalam Pratiwi dan Dini
yang menimbulkan rangsangan kepada kedua
gadis itu. Terkadang disentuhnya kemaluan
mereka. Ada perasaan seperti aliran listrik setiap
kali tangan pak tua menyentuh kemaluan mereka.
“Neng-neng gadis kota memang putih-putih,
mulus. Bapak benar-benar beruntung kali ini.”
Pak tua membuka pakaiannya sehingga sekarang
dia telanjang bulat di depan kedua gadis itu. Pak
tua mendekati Dini dan mengulum bibirnya.
Sementara tangannya bermain-main dengan
buah dada Pratiwi dan Dini. Pak tua tak puas, dia
berpindah mengulum bibir Pratiwi. Bergantian
dikulumnya bibir Dini dan Pratiwi. Lalu dia
berpindah ke tubuh Pratiwi. Diremasnya buah
dada Pratiwi dan dikulumnya puting susu Pratiwi
bergantian. Kadang dijilatnya. Pratiwi dapat
merasakan kemaluan pak tua yang sudah tegak
menggesek pahanya. Pratiwi pun lama kelamaan
mulai menikmati apa yang dilakukan pak tua.
Jilatan dan kuluman pak tua di putingnya
meninggikan nafsunya. Nafasnya mulai tak
teratur. Apalagi remasan pak tua yang beritme di
buah dadanya semakin membuat pikirannya
gelap. Pak tua mulai menjilati buah dada Pratiwi
yang membuat Pratiwi semakin tinggi nafsunya.Jilatannya kini diarahkan ke perut Pratiwi yang
membuat Pratiwi kegelian dan tidak kuat
menahan kenikmatan yang diterima tubuhnya.
Jilatan demi jilatan membuat mata Pratiwi gelap.
Pak tua pun turun dan mulai menjilati kemaluan
Pratiwi. Bibir kemaluannya dibuka dengan
menggunakan jari oleh pak tua dan mulailah dia
menjilati vagina Pratiwi. Lidahnya diputar-putar di
klitorisnya. Pratiwi merasa kemaluannya mulai
basah akibat rangsangan tersebut. Dan tiba-tiba
Pratiwi merasa tubuhnya mau meledak dan
Pratiwi mendapatkan orgasme.
Pak tua seakan ingin Pratiwi menikmati orgasme
yang diberikannya, kini dia berganti ke Dini. Dini
yang merasa takut melihat apa yang dilakukan
pak tua kepada Pratiwi menutup matanya. Pak
tua kembali mengulum bibir Dini, memainkan
lidahnya di dalam mulut Dini, sambil meremas-
remas buah dada Dini yang besar. Dipilin-pilinnya
puting susu Dini sambil tangan satunya mengelus
perut Dini. Dini pun merasa seakan tubuhnya
menikmati apa yang dilakukan pak tua. Tangan
pak tua masih bermain dengan putingnya dan
mulut pak tua masih mengulum bibirnya saat
disadarinya tangan pak tua yang satu lagi
bermain di daerah kewanitaannya. Diputar dan
dipijatnya klitoris Dini. Getaran demi getaran nafsu
mengalir ke kepala Dini. Kenikmatan dari
permainan tangan pak tua di putingnya dan di
klitorisnya membuat Dini tidak bisa berpikir jernih
lagi.
Pak tua berhenti sebentar, merasakan kemaluan
Dini sudah basah, dia pun turun dan mulai
menjilati kemaluan Dini, sambil sesekali menusuk-
nusuk kemaluan Dini. Dini yang sudah tidak kuat
lagi, hampir mendapatkan orgasme. Tiba-tiba pak
tua menempelkan bibirnya di bibir kemaluan Dini
dan menyedot kuat-kuat. Dini semakin mendekati
orgasme. Pak tua terus menjilati klitoris Dini dan
memainkan jarinya di dalam vagina Dini. Tak
lama kemudian pun Dini mendapatkan
orgasmenya.
Pak tua berhenti sebentar. Duduk di ujung dipan
dengan kemaluannya yang tegak berdiri.
Dipuaskan dirinya melihat 2 orang gadis cantik
yang sedang bergetar karena orgasme.
“Wah neng, barang bapak masih kurang keras.
Neng-neng bantu kerasin ya?” Kata pak tua seraya
mendekati wajah Pratiwi dan Dini. Diambilnya
tangan Pratiwi dan Dini dan digosokkan tangan
mereka di atas kemaluannya. Pak tua pun
melenguh menahan kenikmatan gosokan tangan
Pratiwi dan Dini. Pak tua pun mendekatkan
kemaluannya ke wajah Dini, membuka mulut Dini
dan memasukkan kemaluan ke mulut Dini. Dini
merasakan kemaluan pak tua yang berlendir
menggesek bagian dalam mulutnya. Dini yang
tidak bisa apa-apa hanya bisa pasrah.
Setelah puas menggesekkan kemaluannya di
dalam mulut Dini, pak tua mencabut
kemaluannya dan membuka mulut Pratiwi dan
memasukkan kemaluannya ke dalam mulut
Pratiwi. Digesekkan kemaluannya di lidah Pratiwi.
Kadang pak tua terlalu dalam memasukkan
sehingga Pratiwi hampir saja muntah. Pratiwi
pun juga hanya bisa pasrah. Baginya kemaluan
pak tua mengeluarkan bau aneh, menjijikkan bagi
Pratiwi.
Setelah puas, pak tua mencabut kemaluannya
dari mulut Pratiwi dan beralih. Dia menduduki
Dini dan meletakkan kemaluannya yang sudah
keras dan tegak di antara buah dada Dini. Buah
dada Dini ditekannya sehingga sekarang buah
dada Dini yang besar menjepit kemaluannya.
Digesekkannya buah dada Dini di kemaluannya,
kadang kemaluannya yang digesekkan ke buah
dada Dini. Dini merasa susah bernapas karena
diduduki.
Tak lama kemudian, pak tua semakin
mempercepat goyangannya dan crttt, kemaluan
pak tua memuntahkan isinya. Sebagian terkena
wajah Dini, sebagian berceceran di dada Dini. Pak
tua, mengarahkan kemaluannya ke Pratiwi dan
crttt crttt kemaluan pak tua memuntahkan sisa
isinya ke tubuh Pratiwi. Dini dan Pratiwi pun
merasa jijik dengan cairan pak tua yang berada di
atas tubuh mereka.
Pak tua kemudian keluar dari gubuk dan tak lama
kembali dan menutup pintu gubuk tersebut.
“Tenang aja neng. Obat yang bapak kasih baru
habis pengaruhnya sekitar 5 jam lagi. Kita masih
bisa bermain selama itu.”
Pak tua kembali mendekatkan wajahnya ke
vagina Pratiwi dan mulai menjilati di sana. Kali ini
dia menghisap jarinya, membasahi dengan ludah
dan mulai menusuk-nusuk vagina Pratiwi. Pratiwi
yang merasa kegelian, merasa gairahnya kembali
bangkit meskipun bercampur dengan rasa
jijiknya.
Lalu pak tua menjilati vagina Dini sambil terus
memainkan jarinya di vagina Pratiwi. Dini pun
kembali naik gairahnya. Lama juga pak tua
berganti-ganti menjilati dan memainkan jarinya di
kemaluan Pratiwi dan Dini. Kemaluan kedua gadis
itu sudah basah sekali. Pak tua berhenti dan
memperlihatkan kemaluannya yg sudah tegak
berdiri lagi.
“Yang mana ya yang akan bapak masukkan
duluan?”
“Yang neng ini masih rapat, bapak suka sekali”
seraya mengusap kemaluan Pratiwi.
“Kalau neng yang ini lebat sekali rambutnya, bikin
bapak makin nafsu” seraya mengusap rambut
kemaluan Dini.
“Kalau gitu, bapak ganti-gantian saja, bapak
cobain 2-2nya sekaligus,” kata pak tua.
Diangkatnya Dini dan diletakkan di atas Pratiwi.
Dibukanya kaki kedua gadis itu sehingga kini
vagina Pratiwi dan Dini bertumpuk dan terbuka
lebar. Lelehan air liur pak tua bercampur dengan
cairan kenikmatan kedua gadis itu menetes dari
pinggir vagina mereka. Di bawah pantat Pratiwi,
pak tua menyelipkan sesuatu agar posisi vagina
Pratiwi dan Dini lebih terangkat ke atas dan
memudahkan pak tua memasukinya.
Pak tua pun mengambil posisi di depan vagina
Pratiwi. Pratiwi dan Dini meskipun terangsang,
tapi mereka masih menyadari apa yang pak tua
ini hendak lakukan. Mereka hanya bisa berteriak
uh-uh-uh. Pak tua menyeringai puas dan
memegang kemaluannya, meludahinya agar licin
dan siap memasuki vagina Pratiwi.
Tiba-tiba BRAKK! Tiba-tiba muncul sesosok tubuh
di depan pintu gubuk yang langsung menyerang
pak tua dengan batangan kayu besar. Pak tua
yang tidak siap langsung roboh terkena pukulan
batangan kayu besar di kepalanya. Sosok itu pun
tidak mengenal kasihan, kakinya langsung
menginjak kemaluan pak tua yang sedang tegak-
tegaknya dan terdengar suara KRAK! Dilanjutkan
dengan teriakan pak tua memegang
selangkangannya sambil mengeluarkan busa dari
mulutnya.
Ternyata sosok tubuh itu adalah Ray. “Dasar
orang tua bangsat, ga tau malu!” Lalu diludahinya
pak tua yang sudah tak sadarkan diri di lantai
gubuk itu. Lalu dialihkannya pandangannya ke
dipan. Kaget dilihatnya kedua gadis temannya
berada dalam posisi memamerkan kemaluan
mereka. Sesaat Ray merasa nafsu muncul dari
dalam dirinya. Bagaimanapun yang ada di
hadapannya adalah 2 orang gadis cantik yang
tidak mengenakan pakaian dan memamerkan
bagian kewanitaannya.
Pikiran itu dibuangnya dan dia membantu
memindahkan tubuh Dini dari atas Pratiwi. Dia
pun keluar, mencari sesuatu untuk menutupi
tubuh kedua gadis itu. Tak lama di bagian
belakang gubuk, Ray menemukan 2 buah kain
sarung yang sudah lusuh dan tali rafia.
Diambilnya dan ditutupinya tubuh telanjang
kedua gadis itu. Dia pun mengikat tubuh pak tua
di pohon di dekat gubuk tanpa sehelai benang
pun. Kekesalannya pada pak tua masih berkobar,
saat pak tua sedikit sadar, tanpa ragu-ragu Ray
memberi bogem mentah di rusuk pak tua. Mulut
pak tua pun kembali berbusa dan tak sadarkan
diri lagi.
——————————————————–
Saat pengaruh obat itu sudah hilang, kedua gadis
itu merasakan tenaga mereka pulih. Mereka bisa
menggerakkan tubuh mereka lagi. Dengan tubuh
hanya dibungkus sarung lusuh, mereka tertatih-
tatih keluar dari gubuk dan menemukan Ray dan
pak tua yang terikat di pohon. Pak tua sudah
sadar dan masih sulit berbicara. Maklum Ray
sempat menghabiskan waktu menunggu kedua
gadis itu belum pulih dengan membogemi pak
tua.
“Kalian lebih baik membersihkan tubuh dulu, di
sana ada sungai kecil, airnya lumayan bersih. Biar
gue yg di sini menjaga pak tua ini,” kata Ray
sambil menunjuk ke arah timur. Sebelum kedua
gadis itu pergi ke sungai, mereka sempat
meludahi dulu wajah pak tua.
Kedua gadis itu membersihkan diri di sungai.
Pratiwi berkata, “Untung ada si Ray datang di saat
yang tepat. Kalau nggak bisa bahaya, kehormatan
kita bisa diambil sama pak tua bangsat itu.”
“Iya, meskipun kita udah ga perawan lagi,” kata
Dini sambil tertawa. Perlahan dia memegang
kemaluannya, terbayang kejadian semalam.
Pratiwi dan Dini pun menggosok tubuh masing-
masing. Membersihkan sisa-sisa pak tua di tubuh
mereka. Terkadang Pratiwi dengan iseng memilin
puting Dini dan Dini membalasnya dengan
meremas buah dada Pratiwi. Andaikan Ray bisa
melihat kedua gadis ini mandi, pastilah nafsunya
meningkat seketika. 2 tubuh putih ranum yang
indah. Masing-masing dengan buah dada bulat
dan lekukan tubuh yang sempurna.
Selesai mandi, mereka kembali membungkus
tubuh mereka dengan sarung lusuh yang sudah
tipis itu. Bersamaan dengan sampainya mereka di
gubuk tersebut, matahari pun sudah mulai terbit,
sehingga Ray yang berada di depan mereka dapat
melihat siluet tubuh indah kedua temannya yang
ditutupi sarung.
Pak tua yang sudah sadar, tertawa meringis
ketika melihat kedua gadis yang hendak
diperkosanya semalam. Amarah kedua gadis ini
langsung naik ke ubun-ubun dan Dini tanpa
permisi langsung memberikan uppercut di dagu
pak tua, disambung dengan Pratiwi yang
menghajar hidung pak tua hingga patah. Pukulan
bertubi-tubi dihujamkan kepada tubuh ringkih pak
tua oleh kedua gadis itu.
Setelah puas, mereka mengajak Ray kembali ke
cottage tanpa melepaskan pak tua dari ikatan di
pohon. “Sebentar, gue masih kesel sama orang
tua ga tau diri ini,” kata Pratiwi yang langsung
menghampiri pak tua dan menendang kemaluan
pak tua. Mungkin karena luka semalam belum
sembuh benar, pak tua kembali pingsan dan
mulutnya mengeluarkan busa lagi. Ray langsung
menghampiri dan memeriksa pak tua. “Belum
mati, untung saja,” bisiknya lega.
Di cottage, Pratiwi dan Dini langsung mengganti
sarung lusuh itu dengan pakaian mereka. Kali ini
Pratiwi memakai baju bali yang cukup longgar
dan hotpants, sedangkan Dini memakai baju kaos
ketat berwarna kuning dan hotpants. Buah
dadanya semakin terlihat besar dan putingnya
tercetak di kaos tersebut, karena dia memakai bra
yang tipis.
“Bagaimana kita pulang, Ray? Tukang perahu
sudah tidak ada lagi, sedangkan perbekalan kita
hanya cukup untuk seminggu,” kata Dini.
“Tenang, setiap 4 hari sekali ada orang yang
datang ke pulau ini untuk membersihkan cottage
ini. Kita bisa minta pertolongannya nanti. Kalau
tidak salah, orang itu akan datang 2 hari lagi. Lebih
baik kalian makan dahulu, daripada kalian sakit.”
Kedua gadis itu menurut, Pratiwi beranjak dari
meja dan mengambil bekal makanan mereka.
“Ini Ray,” kata Pratiwi seraya memberikan
makanan sambil menunduk. Ray dengan jelas
bisa melihat buah dada gadis itu terpampang
jelas, karena baju bali yang longgar. Kemaluan
Ray langsung mengeras. Apalagi dengan posisi
menunduk, buah dada Pratiwi menggantung dan
terlihat lebih besar. Dilihatnya Dini sedang
menikmati makanan, puting susunya yang
tercetak di kaosnya menambah keras kemaluan
Ray.
Sorenya, saat kedua gadis itu berjalan-jalan di luar
cottage, Ray melamun. Lamunannya melayang-
layang dan akhirnya dia mengingat tubuh kedua
gadis itu. Posisi tubuh mereka saat dia
menemukan mereka di gubuk itu, siluet tubuh
mereka yang terbungkus sarung, buah dada
Pratiwi dan puting susu Dini yang tercetak jelas.
Kelamaan kemaluan Ray makin keras.
“Daripada pusing, lebih baik gue salurin aja,” kata
Ray menuju kamar mandi. Dilihatnya sekeliling,
tidak tampak kedua gadis itu. Perlahan diturunkan
celananya dan Ray mulai memuaskan diri sendiri
sambil membayangkan kedua gadis itu.
“Nah ya, lagi apa lo!” Tiba-tiba terdengar kedua
gadis itu berteriak. Ray yang masih memegang
kemaluannya yang tegak kaget dan salah tingkah.
“Sini Ray, daripada elo sendirian, mending kita
bantu. Sebagai tanda terima kasih kita juga,” kata
Dini sambil langsung memegang kemaluan Ray
dan memasukkan ke mulutnya. Pratiwi menarik
tangan Ray dan meletakkannya di buah dadanya
sambil mencium bibirnya. Ray langsung
menikmati hal tersebut. Dikulumnya bibir Pratiwi
dan dimainkan lidahnya di dalam mulut Pratiwi.
Tangannya terus bergerilya di dada Pratiwi. Dini
langsung mengulum kemaluan Ray.


Adult | GO HOME | Exit
1/1053
U-ON

inc Powered by Xtgem.com